Agil Zildjian
Breaking News
recent

Ibu Adalah Kristal Di Setiap Air Mata



Alkisah, ada seorang Ibu muda yang menapakkan kakinya di jalan kehidupan. "Jauhkah perjalanannya?" tanyanya. Dan si pemandu menjawab, "Ya, jalurnya berat dan kau akan menjadi tua sebelum mencapai akhir perjalanan. Tapi akhir perjalanan akan lebih baik dari awalnya."

Ibu muda itu tampak berbahagia, tapi dia tidak begitu percaya kalau segala sesuatunya bisa lebih baik dari masa-masa yang sudah dilewatinya. Ibu itu pun bermain-main dengan anak-anaknya. Mengumpulkan bunga-bunga bagi mereka di sepanjang perjalanan, memandikan mereka di sungai yang jernih. Mereka bermandikan sinar matahari yang hangat, Ibu suara itu berteriak, "Tidak ada yang lebih indah dari ini."

Ketika malam tiba. terjadi badai yang membuat jalanan menjadi gelap, anak-anak bergetar ketakutan dan kedinginan. Sang Ibu mendekap mereka dan menyelimuti mereka dengan mantel yang ia gunakan. Anak-anak itu berkata, "Ibu, kami tidak takut karena engkau ada di dekat kami. Karena ada Ibu, kami tidak akan terluka."

Keesokan harinya, Ibu dan anak-anaknya mendaki sebuah bukit. Karena terlalu lama mendaki mereka menjadi lelah. Namun sang ibu berkata, "Sabarlah sedikit lagi, kita pasti akan sampai." Kata-kata itu cukup membuat anak-anaknya bersemangat kembali untuk melanjutkan pendakian mereka. Dan ketika akhirnya tiba diatas bukit, mereka berkata, "Ibu, kami tidak akan bisa sampai disini bila itu tanpamu."

Dan ketika berbaring di malam hari, sang Ibu memandangi bintang-bintang dan mengucap syukur, "Hari ini lebih baik dari hari sebelumnya, karena anak-anak saya belajar bersikap tabah dalam menghadapi kesusahan. Kemarin, saya memberi mereka keberanian dan hari ini saya memberi mereka kekuatan."

Dan di hari selanjutnya, datang awan tebal yang menggelapkan bumi, awan peperangan, kebencian dan kejahatan. Membuat anak-anak itu tersandung dan terjatuh, tapi sang Ibu berusaha menguatkan mereka, "Lihatlah ke arah cahaya kemuliaan itu." Anak-anak itu pun menuruti sang Ibu. Di atas awan terlihat cahaya yang bersinar sangat terang dan cahaya itulah yang membimbing mereka melewati kegelapan itu. Malam itu berkatalah sang Ibu, "Inilah hari yang terbaik. Karena saya sudah menunjukkan Tuhan pada anak-anak saya."

Hari pun berlalu dengan cepat, berganti minggu, bulan dan tahun.Sang Ibu pun mulai menua dan tubuhnya menjadi membungkuk. Sementara, anak-anaknya bertumbuh besar dan kuat serta berjalan dengan langkah berani. 

Ketika jalan yang mereka lalui terasa berat, anak-anak itu akan mengangkat Ibu mereka. Pada akhirnya sampailah mereka di sebuah bukit. Diatas sana, mereka bisa melihat sebuah jalan yang bercahaya dan gerbang emas dengan pintu yang terbuka lebar. Sang Ibu berkata, "Ini sudah akhir dari perjalanan kita. Dan sekarang saya tahu, akhir perjalanan ini memang lebih baik dari pada awalnya karena anak-anak saya bisa berjalan sendiri dan begitupun cucu-cucu saya nanti."

Anaka-anak itu pun berkata, "Ibu akan selalu menyertai kami, sekalipun Ibu sudah pergi melewati gerbang emas itu." Dan anak-anak itu melihat Ibu mereka berjalan sendiri menuju gerbang tersebut dan gerbang itu pun tertutup dibelakangnya. Mereka berkata, "Kami memang tidak melihatnya lagi, tapi Ibu tetap ada bersama kami. Seorang Ibu seperti Ibu kami lebih dari sekedar memori. Ia selalu hidup di hati kami."

"Sama seperti dalam cerita diatas, Ibu kita pun selalu bersama kita. Dia bagai suara desiran dedaunan saat kita berjalan menyusuri jalan. Ibu kita hadir di tengah canda tawa kita. Dia kristal di setiap air mata kita. Dialah tempat kita berasal, rumah kesayangan kita dan dialah peta yang mengarahkan langkah yang kita ambil. Dialah cinta kita dan tidak ada satu pun hal yang bisa memisahkan kita dengan Ibu kita. Tidak juga waktu, tempat sekalipun kematian. Karena Ibu akan selalu bersama kita." 

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.